Selasa, 21 Februari 2017

Ringkasan Novel Matahari (Tere Liye)

5 komentar
             Namanya Ali, 15 tahun, kelas sepuluh. Jika saja orang tuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doctor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya. Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
Tahun ajaran baru telah tiba. Kelas sebelas. Banyak yang terjadi setelah kami pulang dari Klan Matahari. Seperti biasa, Miss Selena melarang kami menggunakan kekuatan di Klan Bumi.
Kehidupan kami berjalan normal. Namun, ada hal aneh yang terjadi. Entah sejak kapan Ali menjadi hebat bermain basket. Ia memang sangat sangat ambisius dan kerap kali membuat alat-alat aneh di rumahnya.
Ali telah lama ingin pergi ke Klan Bintang. Tempat yang berada di titik terjauh. Mempelajari hal-hal baru adalah hobinya. Namun, dia tahu bahwa aku tidak akan membuka portal antarklan manapun dengan buku PR matematikaku tanpa persetujuan Av dan Miss Selena. Ia pun membuat alat berupa kapsul perak yang amat canggih dan menelusuri keberadaan Klan Bintang. Ia menelusuri tempat-tempat di permukaan bumi untuk menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang. Beberapa hari ia membolos sekolah untuk melakukan eksperimennya itu.
Apa yang ia lakukan ternyata tidak sia-sia. Ia menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang. Letaknya berada di tengah hutan yang sama sekali tak terjamah oleh manusia. “Pintu masuk” itu berupa lorong bawah tanah yang sangat panjang dan lebar. Ia mengetahui hal ini dengan bantuan alat pemindai buatannya. Alat ini amat canggih. Ali menyebutnya ILY. Ia memberikan nama itu untuk mengenang jasa teman petualang kami di Klan Matahari yang berasal dari Klan Bulan, Ily. Ily merupakan petarung terbaik Klan Bulan yang telah meninggal beberapa bulan lalu karena terkena sambaran petir biru mematikan milik Fala-tara-tana IV.
Ali memperkenalkan ILY kepadaku dan Seli saat kami sedang berada di rumahnya. Setelah memperkenalkan ILY dan menunjukkan kecanggihannya, Ali mengajakku pergi ke Klan Bintang. Itu mungkin seru, tetapi amat berbahaya. Tak ada yang tahu di mana Klan Bintang berada. Kami juga tidak tahu bahaya apa yang menunggu kami di sana.
Dengan mempertimbangkan kemampuan ILY, Seli memutuskan untuk ikut. Aku sebenarnya ragu, tetapi tak mempunyai pilihan lain. Jika Seli dan Ali pergi, maka aku juga akan pergi. Kami bertiga tak bisa terpisahkan.
Orang tua Seli telah mengizinkan Seli pergi. Begitu juga dengan orang tua Ali. Mereka tidak akan khawatir jika Ali tidak pulang beberapa hari dan hanya akan menganggap Ali menginap di rumah temannya. Itu karena orang tua Ali terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekarang giliranku untuk meminta izin kepada Mama dan Papa. Aku tidak bisa meminta izin dengan berpura-pura ikut liburan bersama keluarga Seli seperti saat akan pergi ke Klan Matahari dulu. Aku harus mengatakan yang sejujurnya, walaupun itu akan terdengar aneh oleh Mama dan Papa. Mama dan Papa mengizinkanku pergi.
Tepat setelah ulangan akhir semester, kami akan memulai perjalanan ke Klan Bintang. Aku, Seli, dan Ali berkumpul di halaman belakang rumh Seli. Segera setelah aku tiba, kami menaiki ILY, kapsul perak milik Ali. Kapsul itu segera terbang menuju tempat yang kami tuju. Lorong kuno "pintu masuk" Klan Bintang. Lorong itu berdiameter sekitar enam meter dengan panjang ribuan kilometer. Lorong tersebut berada di tengah hutan yang tak terjamah oleh manusia. Sekitar 1200 km dari kota kami.
Setelah menempuh perjalanan panjang, kami akhirnya sampai. Aku dan Seli segera turun dari kapsul untuk menyingkirkan batu yang menutupi lorong tua itu. Tanpa diduga, kami diserang oleh seekor ular raksasa. Dengan sekuat tenaga aku dan Seli mengalahkan ular raksasa itu. Akhirnya kami bisa menyingkirkan batu-batu penghalang dan memulai petualangan.
Lorong kuno ini gelap. Cahaya lampu ILY menerangi dinding dindingnya. Perjalanan kami panjan. Lorong ini vertikal ini entah ada di mana ujungnya. Setelah berjam-jam menuruni lorong kuno ini, kami tiba di suatu ruangan besar berbentuk kubus dengan sisi yang tak kurang dari seribu meter. Ruangan itu berupa kota yang ditinggalkan penghuninya. Ruangan ini memiliki empat lorong pada sisinya. Kami tiba di persimpangan. Saat hendak memilih lorong yang tepat, tiba-tiba ada dua ekor ular raksasa menyerang. Kami tak punya plihan lain selain bertarung. Ular-ular itu menyeramkan. Dengan susah payah kami mengalahkan ular-ular itu. Namun jumlah mereka bertambah, banyak sekali.
Kami segera masuk ke dalam kapsul perak, berlindung. Kami juga harus segera memutuskan untuk melewati lorong yang mana. Ali memilih lorong yang terdapat aliran sungainya. Lorong itu tidak vertikal, melainkan landai dengan kemiringan sekitar dua puluh derajat.
Tak lama kemudian, kami sampai di padang kristal. Ruangan itu panjangnya tak kurang dari sepuluh kilometer, lebarnya delapan kilometer, dan tinggi empat kilometer. Kristal-kristal ini sangat indah. Namun, tiba-tiba ada kumpulan kelelawar menyerang kami. Kelelawar itu banyak sekali. Mereka menang jumlah. Sesaat sebelum taring kelelawar mencabikku, ada empat orang manusia membantu kami.  Empat sosok itu membawa kami ke suatu tempat yang amat indah, Klan Bintang.
Sesampainya di sana, kami disambut oleh seorang perempuan tua yang mengenakan pakaian berwarna gelap. Perempuan itu ramah itu bernama Faarazaraaf. Faar menceritakan banyak hal, termasuk tentang si Tanpa Mahkota. Faar juga menawarkan kami untuk tinggal di rumahnya.
Saat kami sedang bersantai di rumah Faar, tiba-tiba datang Pasukan Bintang. Kami akan dibawa ke Kota Zaramaraz karena dituduh oleh Dewan Kota sebagai penyusup. Faar menolak, namun kami harus ikut atau lembah tempat tinggal Faar akan dihancurkan oleh Pasukan Bintang.
Klan Bintang dipimpin oleh Dewan Kota. Mereka tidak memiliki kekuatan dan hanya mengandalkan teknologi. Jika ada penduduk yang memiliki kekuatan, mereka akan merasa terancam dan memenjarakan para pemilik kekuatan. Dewan Kota kerap kali membuat dekrit yang isinya hanya menguntungkan mereka dan menyengsarakan rakyat biasa. Apalagi Sekretaris Dewan Kota, dia amat ambisius dan menyebalkan.
Pertarungan antara kami dan Pasukan Bintang tak terelakkan lagi. Kami melawan dengan seluruh kekuatan yang kami miliki. Namun, Pasukan Bintang terlalu kuat. Kami ditangkap dan dipenjara. Aku dan Ali ditahan di penjara dengan keamanan tertinggi. Kami ditahan di sel kubus kaca yang mengambang di atas magma. Tidak ada celah untuk meloloskan diri. Sedangkan Seli, dia ditahan di ruang isolasi dan tangannya dibekukan. Aku ingin menyelamatkannya, namun aku sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari penjara menyebalkan ini.
Dengan kekuatanku, akhirnya aku bisa meloloskan diri sekaligus membebaskan Ali dan Seli. Kami langsung menuju kapal induk milik Sekretaris Dewan Kota, mengepungnya. Bukannya menyerah, orang menyebalkan ini malah tertawa dan mengatakan bahwa enam bulan lagi klan permukaan akan hancur. Kota Zaramaraz telah mempersiapkannya. Ini gawat. Aku harus memberitahu Av dan Miss Selena.
Dengan buku PR matematikaku, aku, Seli, dan Ali membuka portal menuju Perpustakaan Sentral Klan Bulan, ruangan Av. Kami melangkah masuk ke dalam cincin portal. Petualangan Klan Bintang telah berakhir. Hanya soal waktu kami kembali. Perang dunia paralel di depan mata.

Jumat, 17 Februari 2017

Ringkasan Novel Bulan (Tere Liye)

7 komentar
            Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja. Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya. Namanya Seli. Tangannya bisa mengeluarkan petir.
Enam bulan lalu, setelah pertempuran besar di Perpustakaan Sentral, Kota Tishri, dunia Bulan yang megah itu, Miss Selena Mengantar kami kembali ke kota ini. Setelah itu Miss Selena pergi meninggalkan kami tanpa kabar. Dia meminta kami menunggu dan melarang kami menggunakan kekuatan di Klan Bumi.
Setelah enam bulan ini, akhirnya Miss Selena kembali. Dia mengatakan bahwa kami harus pergi ke Klan Matahari, memberitahu sekutu lama Klan Bulan itu tentang kembalinya Tamus, dan mengajak mereka untuk kembali bersekutu.
Hari keberangkatan akhirnya tiba. Aku, Seli, dan Ali berkumpul di rumah Seli. Pukul delapan tepat Av dan Miss Selena datang. Namun, mereka tidak hanya datang berdua. Ada seseorang bertubuh tinggi, perawakannya gagah, masih muda, paling hanya terpisah tiga atau empat tahun dari kami. Wajahnya amat tampan, dengan bola mata hitam. Dia adalah Ily, putra Ilo dan Vey. Dia akan ikut bersama kami ke Klan Matahari.
Kami pun segera berangkat menuju Klan Matahari dengan menggunakan portal dari buku PR matematikaku. Setelah hampir satu menit terseret putaran portal, kami akhirnya sampai dan mendarat di Stadion Matahari. Stadion itu penuh sesak oleh sekitar seratus ribu pengunjung. Kami mendarat persis di pembukaan Festival Bunga Matahari.
Festival Bunga Matahari adalah kompetisi menemukan bunga matahari yang pertama mekar. Kompetisi ini diikuti oleh Sembilan kontingen yang merupakan petarung terbaik. Namun, tanpa diduga, Aku, Seli, Ali, dan Ily diminta untuk menjadi kontingen yang kesepuluh. Av dan Miss Selena sempat tidak setuju karena itu adalah kompetisi yang sangat berbahaya. Namun, kami harus tetap ikut atau diplomasi kami akan gagal total.
Festival dimulai. Seluruh kontingen telah menuju ke arah yang mereka tuju. Kami memutuskan untuk pergi ke utara. Harimau yang kami tunggangi bergerak lincah, melompat ke arah depan menuju gerbang utara, dan meninggalkan Istana Ilios.
Kami semakin masuk ke dalam hutan, melewati gelapnya malam di Klan Matahari. Kami membaca petunjuk yang diberikan oleh ketua konsil dan mulai menebak apa maksudnya. Ily memimpin rombongan, memastikan arah, dan mencari tempat untuk bermalam. Tak lama kemudian kami menemukan sebuah rumah di tengah padang perdu berduri. Rumah itu adalah milik seorang perempuan tua peternak lebah bernama Hana-tara-hata. Dia mengizinkan kami dan harimau kami untuk bermalam di sana. Esok paginya kami meneruskan perjalanan. Hana memberikan bekal makanan cukup yang untuk kami. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada puluhan gorila menyerang. Gorila-gorila itu memaksa kami untuk bertarung melawan mereka. Setelah dengan sekuat tenaga melawan gorila-gorila buas itu, kami akhirnya dapat meloloskan diri meninggalkan pertarungan.
Setelah meneruskan perjalanan yang cukup melelahkan, kami tiba di sebuah air terjun. Kami memutuskan untuk bermalam di depan air terjun itu. Keesokan harinya aku tahu maksud kalimat digulungan kertas kecil itu. Pergi ke utara, temukan seruling tak berkesudahan. Air terjun itulah seruling tak berkesudahan, terus mengeluarkan debum air, berirama seperti musik, terus-menerus. Akhirnya kami menemukan petunjuk baru. Petunjuk itu menyuruh kami pergi ke timur.
Dengan dibantu Mena-tara-nata II, kami menuju Danau Teluk Jauh, tempat petunjuk selanjutnya. Di dalamnya ada monster yang sangat mengerikan. Kontingen penunggang cerpelai juga ada di sana. Kami sempat menolong salah satu anggota penunggang cerpelai yang hampir dimakan monster mengerikan itu. Namun, aku tidak berhasil membaca petunjuknya. Tiba-tiba kapten dari kontingen cerpelai itu mendatangi kami dan memberi tahu petunjuk selanjutnya. Selatan. Pentunjuk selanjutnya ada di selatan. Temukan sesuatu yang bercahaya dalam gelap di selatan negeri. Itu adalah hadiah terima kasih dari kontingen cerpelai karena kami telah menyelamatkan mereka. Kapten itu tersenyum. Dengan segera kami menuju arah selatan. Kami harus menemukan petunjuk itu sebelum matahri terbenam.
Di perjalanan kami menemukan banyak sekali rintangan. Salah satunya adalah serangan air bah yang tiba-tiba meluap dari bendungan besar. Kami segera menyelamatkan diri hingga sampai di sebuah perkampungan sawah. Penduduk di sana marah-marah ketika mengetahui kami adalah peserta Festival Bunga Matahari. Namun, tabib di sana berbaik hati membantu kami menemukan petunjuk itu. Sesuatu yang bercahaya dalam gelap adalah jamur-jamur yang tumbuh empat tahun sekali di sebuah lembah kosong. Jamur-jamur itu ratusan ribu jumlahnya dan hanya tumbuh beberapa jam saja. Kami pun langsung menuju tempat lembah jamur itu berada.
Setelah perjalanan jauh, kami akhirnya sampai di lembah jamur. Jamur-jamur ini indah sekali, menyala dalam kegelapan. Jamur-jamur itu seakan berbicara kepadaku. Pergilah ke barat, temukan sesuatu yang bersinar dalam gelap, jutaan jumlahnya. Di sanalah bunga matahari pertama mekar akan ditemukan.
Kami segera menuju ke  arah barat. Namun, ada sesuatu yang menghadang. Ada dinding seperti benteng dengan tinggi nyaris dua ratus meter dan membentang dari utara ke selatan. Kami memutuskan untuk menuju ke arah selatan dan mencoba mencari celah dari dinding itu. Setelah melanjutkan perjalanan berjam-jam, kami tetap tidak menemukan celah itu. Akan tetapi, aku mengetahui bahwa ada jalan yang dapat menembus dinding itu. Jalan itu berupa lorong bawah tanah yang dibuat oleh tikus-tikus raksasa. Kami memutuskan untuk menelusuri lorong-lorong itu. Melewati lorong itu tidak semudah yang dibayangkan. Kami harus bersusah-payah meloloskan diri dari kejaran tikus-tikus raksasa di lorong itu. Akhirnya, dinding tinggi bebatuan telah berhasil kami lewati.
Saat kami sedang beristirahat, Ali tiba-tiba mengatakan bahwa petunjuk itu hanya membuat kami mengelilingi seluruh negeri. Ia mengambar peta di tanah. Peta yang digambarnya itu menunjukkan tempat-tempat yang telah kami lewati selama perjalanan. Dugaan Ali mungkin benar, kami hanya memutari seluruh negeri dan bunga matahar pertama itu akan mekar di kota Ilios. Dengan segera, kami menuju Kota Ilios.
Dalam perjalanan tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Kota Ilios bukanlah tujuan kami. Kami telah jauh sekali meninggalkan titik semula, petunjuk di lembah jamur. Kami memutuskan menuju arah selatan selama hampir enam jam dan akhirnya menemukan lorong tikus. Seharusnya kami kembali ke arah utara enam jam, maka baru sejajr dengan tujuan sebenarnya.
Waktu kami tinggal enam jam lagi sebelum bunga matahari pertama itu mekar. Aku mengangkat botol madu dari Hana. Bunga itu akan mekar di depan rumah Hana, padang perdu berduri. Itulah tempat yang sejajar dengan posisi  saat kita tiba pertama kali di dinding raksasa. Di sanalah bunga itu akan mekar. Jutaan cahaya itu adalah lebah-lebah milik Hana yang mengeluarkan cahaya setap enam tahun. Malam ini lebah-lebah itu bercahaya. Itu enam jam penghabisan yang sangat mengharukan. Ily memimpin di depan, penuh semangat.
Kami telah berusaha sekuat tenaga untuk tiba di peternakan Hana tepat waktu. Akan tetapi, usaha kami sia-sia. Kami tetap datang terlambat. Di depan kami telah mendarat kapsul besar milik anggota konsil dari Kota Ilios. Di halaman rumah Hana juga ada empat penunggang salamander. Merekalah yang menemukan bunga itu mekar. Sana-tara-bata III, kapten kontingen salamander membungkuk, siap memetik bunga matahari itu dan mempersembahkannya kepada Fala-tana-tana IV. Namun, ketika kapten dari kontngen salamander itu hendak memetiknya, Fala-tara-tana IV segera mencegahnya bahkan melarang mereka uuntuk menyentuhnya. Ia menginginkan agar aku yang memetik bunga itu dan rencananya selama empat ratus tahun akan berjalan dengan lancar. Ia akan membuka pintu penjara bayangan di bawah bayangan dan membebaskan si Tanpa Mahkota. Ia menginginkan kekuasaan mahabesar.
Hana melarangku memetiknya. Tiba-tiba, datanglah Av, Miss Selena, Mala-tara-tana II, dan tiga anggota konsil lain yang tidak memihak Fala-tara-tana IV. Mereka juga melarangku untuk memetiknya. Tidak ada pilihan lain, kami harus bertarung melawan Fala dan anggota konsil yang berpihak kepadanya. Saat aku sudah sangat terdesak, tiba-tiba Ali berubah menjadi beruang besar dan menyambar Fala-tara-tana IV. Namun, kekuatan beruang itu tidak sebanding dengan kekuatan petir biru milik Fala.
Tanganku yang dari tadi dikendalikan oleh Fala dengan segera memetik bunga itu. Kemudian Fala-tara-tana IV mengambil dan mengangkatnya ke udara. Dengan segera dia berseru mengucapkan permintaan kepada bunga matahari. Ia menginginkan kekuasaan mahabesar dan membuka pintu yang pernah dibukanya empat ratus tahun lalu, penjara bayangan di bayah bayangan. Portal itu segera membuka. Tanpa diduga, Hana memerintahkan lebah-lebahnya menyerang Fala-tara-tana IV. Dalam sekejap, mereka sudah membungkus tubuh Fala-tara-tana IV. Mereka menyisakan tangan Fala-tara-tana IV yang menggenggam bunga matahari itu. Dengan segera, Ily mengambil bunga itu, mengangkatnya, dan berkata “Aku menginginkan pintu itu ditutup dan tidak pernah bisa dibuka selama-lamanya!” Mengetahui hal tersebut Fala-tara-tana IV segera menyambar Ily dengan petir biru dari tangannya. Tubuh Ily terbanting. Lebah-lebah Hana dan Fala-tara-tana IV segera masuk ke portal itu tepat sebelum portal itu tertutup. Fala-tara-tana IV telah terkurung di penjara bayangan di bawah bayangan.

Senin, 13 Februari 2017

Ringkasan Novel Bumi (Tere Liye)

6 komentar
            Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan. Sejak umur 22 bulan, aku bisa menghilang. Cukup dengan menutup wajah dengan kedua tangan tubuhku pun menghilang. Saat ulang tahunku yang kesembilan, aku mendapat hadiah 2 ekor kucing kembar entah dari siapa. Kedua kucing itu kuberi nama si Hitam dan si Putih.
Aku memiliki sahabat bernama Seli. Aku juga memiliki teman “si biang kerok” bernama Ali. Tidak ada yang tahu kalau si biang kerok itu ternyata jenius. Dia yang pertama kali mengetahui rahasia besarku.
Pagi itu aku dihukum oleh Miss Keriting karena tidak membawa buku PR Matematika. Begitu juga dengan Ali. Karena merasa bosan, aku pun memutuskan untuk mengamati hujan pagi itu sambil menghilang. Tiba-tiba ada sosok tinggi kurus menyapaku dengan suara dingin, “Halo, Gadis Kecil”. Aku pun terkejut dan tanpa sengaja menurunkan kedua tanganku. Tubuhku pun terlihat lagi seperti semula. Tanpa diduga, Ali melihat kejadian itu. Sejak saat itu Ali terus membuntutiku uuntuk membuktikan bahwa dirinya benar. Dunia ini tidak sesederhana yang terlihat.
Setelah sampai di rumah, hanya si Putih yang menyambutku. Aku tak melihat si Hitam. Padahal si Hitam dan si Putih selalu bermain dan pergi ke mana-mana bersama, termasuk menyambutku ketika aku sampai di rumah. Beberapa hari kemudian aku berhasil menghilangkan jerawat di jidatku. Malam itu, sosok tinggi kurus yang beberapa hari lalu menyapaku di lorong sekolah berada di dalam cermin kamarku. Sosok tinggi kurus itu menggendong kucingku, si Hitam. Dia mengaku mengetahui siapa aku dan dapat melatihku menguasai kekuatan yang ada dalam diriku.
Keesokan harinya terjadi peristiwa besar di sekolah. Gardu listrik tiba-tiba saja  meledak dan menjatuhkan kabel-kabel kea rah aku dan Seli. Seli berhasil menahan kabel-kabel listrik itu. Ia pun membuka rahasianya. Ia bisa mengeluarkan petir dari tangannya. Tiang listrik pun jatuh kearah kami. Aku pun menghilangkan tiang listrik itu. Seli akhirnya mengetahui kekuatanku. Tiba-tiba muncul Ali dan langsung membawa kami berlari menuju aula sekolah.
Semua berjalan sangat cepat. Di aula sekolah tempat kami bersembunyi tiba-tiba dating 8 orang berpakaian hitam dan dipimpin oleh sosok tinggi yang uncul di cermin kamarku, Tamus. Mereka ingin membawaku ke dunia lain. Dunia Klan Bulan.
Kami bertiga melawan. Seli mengeuarkan petir dari tangannya. Dia adalah salah satu rakyat Klan Matahari yang hidup di Klan Bumi. Akan tetapi, kami bertiga tidak cukup kuat untuk melawan mereka. Dalam keadaan terdesak, tiba-tiba dating Miss Keriting (Selena) yang ternyata adalah rakyat Klan Bulan. Atas bantuan Miss Selena, kami bertiga tiba di kamarku.
Aku memeriksa buku PR Matematikaku yang diberikan Miss Selena beberapa hari yang lalu. Buku itu kini bersampul kulit berwarna gelap dengan gambar bulan sabit menghadap ke atas. Saat aku menyentuh buku itu, muncul sinar dari gambar bulan sabit dan seketika sinar itu menjalar ke tubuhku. Cahaya itu semakin terang dan tiba-tiba kami berada di ruangan berbeda. Di dunia yang berbeda. Dunia Klan Bulan.
Ruangan itu adalah kamar Ou, anak bungsu Ilo dan Vey. Ilo adalah perancang busana paling terkenal di Klan Bulan. Dunia Klan Bulan memiliki teknologi yang sangat maju dan ramah lingkungan. Mereka membuat sebagian besar peradabannya di bawah tanah agar tidak merusak lingkungan permukaan. Hanya orang kaya yang memiliki rumah berbentuk balon di permukaan.
Setelah Ilo mengetahui bahwa kami berasal dari dunia lain, ia membawa kami ke perpustakaan dan menemui Av. Av adalah penjaga perpustakaan sekaligus kakek dari kakek-kakeknya Ilo. Dari Av terungkap bahwa dunia ini memiliki 4 dunia parallel yang saling berdampingan : Dunia Klan Bumi, Dunia Klan Bulan, Dunia Klan Matahari, dan Dunia Klan Bintang.
Dunia Klan Bulan mengalami kerusuhan. Kota Tishri, tempat mereka berada dikuasai oleh Tamus. Pasukan Bayangan menyerbu gedung Perpustakaan Sentral. Aku, Seli, Ali, dan Ilo melarikan diri dan bersembunyi di permukaan. Beberapa hari kemudian Av dating lewat perapian. Ia tak dating sendiri, melainkan bersama Tog. Tog adalah panglima pasukan bayangan dari timur. Ia bertentangan dengan Tamus. Ternyata Tamus telah menyusun rencana besar sejak ribuan tahun lalu. Tog mengatakan bahwa ada seorang perempuan bertubuh tinggi dan berambut meranggas sedang disandera oleh Tamus. Miss Selena dalan bahaya.
Aku, Seli, dan Ali ingin menyelamatkan Miss Selena. Kami pun pergi ke Perpustakaan Sentral yang menjadi markas sementara Pasukan Bayangan. Kami pergi ke sana melewati perapian, seperti yang dilakukan oleh Av.
Saat kami ingin melepaskan Miss Selena, tiba-tiba muncul 5 orang berpakaian hitam-hitam. Mereka adalah panglima yang berada di pihak Tamus. Tak lama kemudian, Tamus pun dating. Tamus memintaku untuk membawa kembali si Tanpa Mahkota yang dikurung di penjara bayangan di bawah bayangan. Aku tidak mau. Ia pun membuat lubang hitam, yaitu pintu masuk ke pnjara bayangan di bawah bayangan dan mengancam memasukkan Miss Selena ke lubang itu. Tanpa diduga, Ali berubah menjadi beruang raksasa dan menagkap Tamus dengan tangan besarnya, kemuadian melemparkan Tamus ke lubang bayangan di bawah bayangan. Tamus pun terkurung di penjara bayangan di bawah bayangan.

Jumat, 20 Januari 2017

The Woods Man and The Golden Axe

0 komentar
Once upon a time, a woodsman was cutting down a tree near a river. His axe flew out of his hands and fell into the deep river water.

"Oh, what shall I do? That axe is how I earn my living. Without it I will starve!"

As he stood by the water's edge trying to see his axe in the murky water, a woods fairy appeared and asked him the reason for his distress.

“Why are you crying?” the fairy asked.

“I lost my axe, in this river!” said the woodsman.

"Oh, is that all? I can get your axe for you."

Then, the fairy dove into the river and brought up a golden axe.

"Is this the one you lost?"

The woodsman shook his head.

"No, it is not. I wish that it was. Mine was not so fine as that one. But, mine was a good, sturdy axe, well-suited to my work."

The fairy just replied with her smile.

Then, the fairy dove in a second time, and came back up with a silver axe.

"Is this the one you lost?" the fairy asked.

"No, that is not mine either," said the woodsman.

Once more the fairy dove into the river, and this time brought up the missing axe.

The woodsman said happily. “Thank you! Thank you! That’s it!”. "Now I can return to work. You have been very kind to me."

"You are an honest man," said the fairy. "You shall be rewarded for your good heart. You may keep all three axes." The fairy dove back into the water before the astonished man had time to say a word.

One day letter, the woodsman told his story to his friends. One of them was very jealous and greedy. He thought he might get a couple of gold and silver axes for himself.

So he went to cut a tree at the edge of the same river, and of course he managed to drop his axe into the water. The fairy appeared as before, and on learning that his axe was lost. She dove into the river and brought up a golden axe.

The greedy man didn’t wait for the fairy to ask, he just shouted, "That's mine! That’s mine! Give it to me!". He reached out to take the shining tool.
"This is not your axe and you know it," said the fairy. "You are a liar, greedy man. You will get no axe at all from me."

The fairy dove back into the river, leaving the Woodsman.

Remember everyone,
honesty is the best policy. THANK YOU.

Kyai Landoh : The Legend of Lendah Village (Legenda Desa Lendah)

0 komentar
Saridin a desseminator of islamic religion from Iran. He left his house to penetrate religion knowledge so he could restore situation in Iran which full of distrubance situation. After getting permission from his parents, he went to wander. After a few days, he finally arrived in java north beach and there was Demak kingdom (the first islam kingdom in Java).
The name of walisongo had been famous until the country hamlet. One of walisongo was Sunan Kalijaga. One day Saridin met Sunan Kalijaga and explained his purpose to come to Java. Finally, Sunan Kalijaga accepted Saridin to be a student. Saridin learned the knowledge from Sunan Kalijaga. After learning for a few days, Saridin could show his capability. So Saridin was requested to teach other people and Sunan Kalijaga delegated him to deepen his knowledge with Sunan Kudus in Kadilangu.
After he came to Kadilangu, Saridin consigned message from Suan Kalijaga for accepting Saridin to be his student. Sunan Kudus accepted Saridin with pleasure. In this place saridin could learn many lessons, that for traveling life in this world, people must always try with their hand and shouldn’t suspend to other people. In Java philosophy it’s famous with “ yen kepengen ngombe nimboo,yen kepengen dhahar ngupadio”. 
 Saridin’s capability was also detected by Sunan Kudus. Sunan Kudus wanted Saridin to show his superanatural powers. And then he showed his superanatural powers by bringing water in the basket without shed. Not only that, he also could prove his certainly “if there is water sure there is fish”. Absolutely it made Sunan Kudus’s heart surprised because of that thing impossible to be done by other people. Seeing his potency, Sunan Kudus gave title “syekh” to Saridin. Sunan Kudus concluded Saridin could help him to broadcast islam religion in other zone. And then Sunan Kudus instructed him to go to Palembang.
In order to be saved in his jorney, Sunan Kudus gave “setangkep kelapa”, ”bathok bolu”, and “kudi rancang weapon”. Setangkep kelapa had meaning to be ship to wade through the ocean. Bathok bolu and kudi rancang weapon were things which could be used to reject misfortune to help Saridin. By setangkep kelapa Saridin went to Palembang. Accidentally, in Palembang was assaulted disaster, the people called it pageblug. Pageblug was such as infected illness. Saridin who had been there at that time promptly met the king of Palembang and extended his purpose. With pleasure the king accepted Saridin and hoped Saridin could help that problem. At that moment he remembered with the things from Sunan Kudus which could help Saridin to reject misfortune and cured diseases. So with the instruction from God, he prayed in order to disaster pageblug make disappeared and people became healthy again.
God listened Saridin’s wish. Not long after that, the disaster had gone little by little. With that success, many people wanted to learn about Saridin’s knowledge. Because of Saridin’s success, the king felt thankfully and approved to marry Saridin with one of his daughters, Retna Diluwih. After getting married, Saridin and his wife went to Java. Not long after that, they arrived at Mentaok, Mataram.
Saridin’s presence was detected by the king of Mataram, Panembahan Senopati. He interested and wanted to meet Saridin. And then, he instructed his watchman to bring Saridin to the palace. So, Saridin and the watchman went to the palace to meet the king.
Panembahan Senopati welcomed Saridin happily. The king wanted Saridin to share his knowledge because he heard that Saridin owned greatness on everything, especially on religion.
Panembahan Senopati asked Saridin to show his supernatural power. With modesty, Saridin showed his supernatural power. He confessed Saridin’s greatness and realized that his capability was not comparable with Saridin. Therefore, he gave title of respect “Syeh Jangkung” to Saridin. He also married his younger sister, Raden Ayu Retna Jumali to Syeh Jangkung.
Then, Panembahan Senopati gave assignment to Syeh Jangkung to disseminate Islamic religion in the west of Progo river. Not long after that, Syeh Jangkung’s entourage arrived in the west of Progo river. At that time, buffalos were cattle which maintained by most people. Majority buffalos there had grayish white color, so it called “kebo bule” or “kebo lando”. “Kebo” was buffalo in English, “bule” refered to strangers who usually had light skin.
When he arrived there, Syeh Jangkung built a lodge. One day, Syeh Jangkung was given a buffalo “kebo lando” by his student beause he had save his buffalo’s life. Therefore, he also often called Kyai Landoh (lendah) and nowadays that place known as Lendah village. There Kyai Landoh also built a mosque named “Masjid Landoh” (now Masjid Al-Furqon)
After doing a lot of kindness, Syeh Jangkung passed away. Suitable with his determination, he was interred in Lendah village.

Rabu, 23 November 2016

Teks Tanggapan Kritis : Perlukah CCTV di Kantin Kejujuran?

0 komentar


Saat ini masih ada siswa yang berperilaku tidak jujur ketika jajan di kantin kejujuran. Sikap siswa yang tidak jujur tersebut, seperti tidak membayar makanan atau minuman sesuai harga yang tertera. Akibat sikap siswa yang tidak jujur tersebut, kantin kejujuran bisa mengalami kerugian.
Ada  pendapat yang mengatakan bahwa pada kantin kejujuran perlu dipasangi CCTV agar siswa lebih bersikap jujur saat di kantin kejujuran. Dengan adanya CCTV di kantin kejujuran, kita juga dapat mengetahui siswa yang jujur dan siswa yang tidak jujur ketika jajan di kantin kejujuran.
Pendapat lain mengatakan jika kantin kejujuran dipasangi CCTV maka siswa akan berperilaku jujur hanya karena takut ketahuan kamera CCTV dan bukan takut perilakunya dicatat oleh malaikat. Dengan adanya CCTV di kantin kejujuran tidak akan berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter siswa.
Dengan demikian, kantin kejujuran tidak memerlukan CCTV. Walaupun tidak adanya CCTV di kantin kejujuran, kita harus selalu bersikap jujur saat jajan di kantin tersebut karena seluruh perbuatan kita akan dicatat oleh malaikat dan dipertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Oleh karena itu, kita harus membiasakan sikap jujur kapan saja dan di mana saja kita berada.
 

Salsabila Atalieani ♛ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template