Jumat, 17 Februari 2017

Ringkasan Novel Bulan (Tere Liye)

            Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja. Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya. Namanya Seli. Tangannya bisa mengeluarkan petir.
Enam bulan lalu, setelah pertempuran besar di Perpustakaan Sentral, Kota Tishri, dunia Bulan yang megah itu, Miss Selena Mengantar kami kembali ke kota ini. Setelah itu Miss Selena pergi meninggalkan kami tanpa kabar. Dia meminta kami menunggu dan melarang kami menggunakan kekuatan di Klan Bumi.
Setelah enam bulan ini, akhirnya Miss Selena kembali. Dia mengatakan bahwa kami harus pergi ke Klan Matahari, memberitahu sekutu lama Klan Bulan itu tentang kembalinya Tamus, dan mengajak mereka untuk kembali bersekutu.
Hari keberangkatan akhirnya tiba. Aku, Seli, dan Ali berkumpul di rumah Seli. Pukul delapan tepat Av dan Miss Selena datang. Namun, mereka tidak hanya datang berdua. Ada seseorang bertubuh tinggi, perawakannya gagah, masih muda, paling hanya terpisah tiga atau empat tahun dari kami. Wajahnya amat tampan, dengan bola mata hitam. Dia adalah Ily, putra Ilo dan Vey. Dia akan ikut bersama kami ke Klan Matahari.
Kami pun segera berangkat menuju Klan Matahari dengan menggunakan portal dari buku PR matematikaku. Setelah hampir satu menit terseret putaran portal, kami akhirnya sampai dan mendarat di Stadion Matahari. Stadion itu penuh sesak oleh sekitar seratus ribu pengunjung. Kami mendarat persis di pembukaan Festival Bunga Matahari.
Festival Bunga Matahari adalah kompetisi menemukan bunga matahari yang pertama mekar. Kompetisi ini diikuti oleh Sembilan kontingen yang merupakan petarung terbaik. Namun, tanpa diduga, Aku, Seli, Ali, dan Ily diminta untuk menjadi kontingen yang kesepuluh. Av dan Miss Selena sempat tidak setuju karena itu adalah kompetisi yang sangat berbahaya. Namun, kami harus tetap ikut atau diplomasi kami akan gagal total.
Festival dimulai. Seluruh kontingen telah menuju ke arah yang mereka tuju. Kami memutuskan untuk pergi ke utara. Harimau yang kami tunggangi bergerak lincah, melompat ke arah depan menuju gerbang utara, dan meninggalkan Istana Ilios.
Kami semakin masuk ke dalam hutan, melewati gelapnya malam di Klan Matahari. Kami membaca petunjuk yang diberikan oleh ketua konsil dan mulai menebak apa maksudnya. Ily memimpin rombongan, memastikan arah, dan mencari tempat untuk bermalam. Tak lama kemudian kami menemukan sebuah rumah di tengah padang perdu berduri. Rumah itu adalah milik seorang perempuan tua peternak lebah bernama Hana-tara-hata. Dia mengizinkan kami dan harimau kami untuk bermalam di sana. Esok paginya kami meneruskan perjalanan. Hana memberikan bekal makanan cukup yang untuk kami. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada puluhan gorila menyerang. Gorila-gorila itu memaksa kami untuk bertarung melawan mereka. Setelah dengan sekuat tenaga melawan gorila-gorila buas itu, kami akhirnya dapat meloloskan diri meninggalkan pertarungan.
Setelah meneruskan perjalanan yang cukup melelahkan, kami tiba di sebuah air terjun. Kami memutuskan untuk bermalam di depan air terjun itu. Keesokan harinya aku tahu maksud kalimat digulungan kertas kecil itu. Pergi ke utara, temukan seruling tak berkesudahan. Air terjun itulah seruling tak berkesudahan, terus mengeluarkan debum air, berirama seperti musik, terus-menerus. Akhirnya kami menemukan petunjuk baru. Petunjuk itu menyuruh kami pergi ke timur.
Dengan dibantu Mena-tara-nata II, kami menuju Danau Teluk Jauh, tempat petunjuk selanjutnya. Di dalamnya ada monster yang sangat mengerikan. Kontingen penunggang cerpelai juga ada di sana. Kami sempat menolong salah satu anggota penunggang cerpelai yang hampir dimakan monster mengerikan itu. Namun, aku tidak berhasil membaca petunjuknya. Tiba-tiba kapten dari kontingen cerpelai itu mendatangi kami dan memberi tahu petunjuk selanjutnya. Selatan. Pentunjuk selanjutnya ada di selatan. Temukan sesuatu yang bercahaya dalam gelap di selatan negeri. Itu adalah hadiah terima kasih dari kontingen cerpelai karena kami telah menyelamatkan mereka. Kapten itu tersenyum. Dengan segera kami menuju arah selatan. Kami harus menemukan petunjuk itu sebelum matahri terbenam.
Di perjalanan kami menemukan banyak sekali rintangan. Salah satunya adalah serangan air bah yang tiba-tiba meluap dari bendungan besar. Kami segera menyelamatkan diri hingga sampai di sebuah perkampungan sawah. Penduduk di sana marah-marah ketika mengetahui kami adalah peserta Festival Bunga Matahari. Namun, tabib di sana berbaik hati membantu kami menemukan petunjuk itu. Sesuatu yang bercahaya dalam gelap adalah jamur-jamur yang tumbuh empat tahun sekali di sebuah lembah kosong. Jamur-jamur itu ratusan ribu jumlahnya dan hanya tumbuh beberapa jam saja. Kami pun langsung menuju tempat lembah jamur itu berada.
Setelah perjalanan jauh, kami akhirnya sampai di lembah jamur. Jamur-jamur ini indah sekali, menyala dalam kegelapan. Jamur-jamur itu seakan berbicara kepadaku. Pergilah ke barat, temukan sesuatu yang bersinar dalam gelap, jutaan jumlahnya. Di sanalah bunga matahari pertama mekar akan ditemukan.
Kami segera menuju ke  arah barat. Namun, ada sesuatu yang menghadang. Ada dinding seperti benteng dengan tinggi nyaris dua ratus meter dan membentang dari utara ke selatan. Kami memutuskan untuk menuju ke arah selatan dan mencoba mencari celah dari dinding itu. Setelah melanjutkan perjalanan berjam-jam, kami tetap tidak menemukan celah itu. Akan tetapi, aku mengetahui bahwa ada jalan yang dapat menembus dinding itu. Jalan itu berupa lorong bawah tanah yang dibuat oleh tikus-tikus raksasa. Kami memutuskan untuk menelusuri lorong-lorong itu. Melewati lorong itu tidak semudah yang dibayangkan. Kami harus bersusah-payah meloloskan diri dari kejaran tikus-tikus raksasa di lorong itu. Akhirnya, dinding tinggi bebatuan telah berhasil kami lewati.
Saat kami sedang beristirahat, Ali tiba-tiba mengatakan bahwa petunjuk itu hanya membuat kami mengelilingi seluruh negeri. Ia mengambar peta di tanah. Peta yang digambarnya itu menunjukkan tempat-tempat yang telah kami lewati selama perjalanan. Dugaan Ali mungkin benar, kami hanya memutari seluruh negeri dan bunga matahar pertama itu akan mekar di kota Ilios. Dengan segera, kami menuju Kota Ilios.
Dalam perjalanan tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Kota Ilios bukanlah tujuan kami. Kami telah jauh sekali meninggalkan titik semula, petunjuk di lembah jamur. Kami memutuskan menuju arah selatan selama hampir enam jam dan akhirnya menemukan lorong tikus. Seharusnya kami kembali ke arah utara enam jam, maka baru sejajr dengan tujuan sebenarnya.
Waktu kami tinggal enam jam lagi sebelum bunga matahari pertama itu mekar. Aku mengangkat botol madu dari Hana. Bunga itu akan mekar di depan rumah Hana, padang perdu berduri. Itulah tempat yang sejajar dengan posisi  saat kita tiba pertama kali di dinding raksasa. Di sanalah bunga itu akan mekar. Jutaan cahaya itu adalah lebah-lebah milik Hana yang mengeluarkan cahaya setap enam tahun. Malam ini lebah-lebah itu bercahaya. Itu enam jam penghabisan yang sangat mengharukan. Ily memimpin di depan, penuh semangat.
Kami telah berusaha sekuat tenaga untuk tiba di peternakan Hana tepat waktu. Akan tetapi, usaha kami sia-sia. Kami tetap datang terlambat. Di depan kami telah mendarat kapsul besar milik anggota konsil dari Kota Ilios. Di halaman rumah Hana juga ada empat penunggang salamander. Merekalah yang menemukan bunga itu mekar. Sana-tara-bata III, kapten kontingen salamander membungkuk, siap memetik bunga matahari itu dan mempersembahkannya kepada Fala-tana-tana IV. Namun, ketika kapten dari kontngen salamander itu hendak memetiknya, Fala-tara-tana IV segera mencegahnya bahkan melarang mereka uuntuk menyentuhnya. Ia menginginkan agar aku yang memetik bunga itu dan rencananya selama empat ratus tahun akan berjalan dengan lancar. Ia akan membuka pintu penjara bayangan di bawah bayangan dan membebaskan si Tanpa Mahkota. Ia menginginkan kekuasaan mahabesar.
Hana melarangku memetiknya. Tiba-tiba, datanglah Av, Miss Selena, Mala-tara-tana II, dan tiga anggota konsil lain yang tidak memihak Fala-tara-tana IV. Mereka juga melarangku untuk memetiknya. Tidak ada pilihan lain, kami harus bertarung melawan Fala dan anggota konsil yang berpihak kepadanya. Saat aku sudah sangat terdesak, tiba-tiba Ali berubah menjadi beruang besar dan menyambar Fala-tara-tana IV. Namun, kekuatan beruang itu tidak sebanding dengan kekuatan petir biru milik Fala.
Tanganku yang dari tadi dikendalikan oleh Fala dengan segera memetik bunga itu. Kemudian Fala-tara-tana IV mengambil dan mengangkatnya ke udara. Dengan segera dia berseru mengucapkan permintaan kepada bunga matahari. Ia menginginkan kekuasaan mahabesar dan membuka pintu yang pernah dibukanya empat ratus tahun lalu, penjara bayangan di bayah bayangan. Portal itu segera membuka. Tanpa diduga, Hana memerintahkan lebah-lebahnya menyerang Fala-tara-tana IV. Dalam sekejap, mereka sudah membungkus tubuh Fala-tara-tana IV. Mereka menyisakan tangan Fala-tara-tana IV yang menggenggam bunga matahari itu. Dengan segera, Ily mengambil bunga itu, mengangkatnya, dan berkata “Aku menginginkan pintu itu ditutup dan tidak pernah bisa dibuka selama-lamanya!” Mengetahui hal tersebut Fala-tara-tana IV segera menyambar Ily dengan petir biru dari tangannya. Tubuh Ily terbanting. Lebah-lebah Hana dan Fala-tara-tana IV segera masuk ke portal itu tepat sebelum portal itu tertutup. Fala-tara-tana IV telah terkurung di penjara bayangan di bawah bayangan.

7 komentar:

 

Salsabila Atalieani ♛ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template