Selasa, 21 Februari 2017

Ringkasan Novel Matahari (Tere Liye)

             Namanya Ali, 15 tahun, kelas sepuluh. Jika saja orang tuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doctor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya. Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
Tahun ajaran baru telah tiba. Kelas sebelas. Banyak yang terjadi setelah kami pulang dari Klan Matahari. Seperti biasa, Miss Selena melarang kami menggunakan kekuatan di Klan Bumi.
Kehidupan kami berjalan normal. Namun, ada hal aneh yang terjadi. Entah sejak kapan Ali menjadi hebat bermain basket. Ia memang sangat sangat ambisius dan kerap kali membuat alat-alat aneh di rumahnya.
Ali telah lama ingin pergi ke Klan Bintang. Tempat yang berada di titik terjauh. Mempelajari hal-hal baru adalah hobinya. Namun, dia tahu bahwa aku tidak akan membuka portal antarklan manapun dengan buku PR matematikaku tanpa persetujuan Av dan Miss Selena. Ia pun membuat alat berupa kapsul perak yang amat canggih dan menelusuri keberadaan Klan Bintang. Ia menelusuri tempat-tempat di permukaan bumi untuk menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang. Beberapa hari ia membolos sekolah untuk melakukan eksperimennya itu.
Apa yang ia lakukan ternyata tidak sia-sia. Ia menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang. Letaknya berada di tengah hutan yang sama sekali tak terjamah oleh manusia. “Pintu masuk” itu berupa lorong bawah tanah yang sangat panjang dan lebar. Ia mengetahui hal ini dengan bantuan alat pemindai buatannya. Alat ini amat canggih. Ali menyebutnya ILY. Ia memberikan nama itu untuk mengenang jasa teman petualang kami di Klan Matahari yang berasal dari Klan Bulan, Ily. Ily merupakan petarung terbaik Klan Bulan yang telah meninggal beberapa bulan lalu karena terkena sambaran petir biru mematikan milik Fala-tara-tana IV.
Ali memperkenalkan ILY kepadaku dan Seli saat kami sedang berada di rumahnya. Setelah memperkenalkan ILY dan menunjukkan kecanggihannya, Ali mengajakku pergi ke Klan Bintang. Itu mungkin seru, tetapi amat berbahaya. Tak ada yang tahu di mana Klan Bintang berada. Kami juga tidak tahu bahaya apa yang menunggu kami di sana.
Dengan mempertimbangkan kemampuan ILY, Seli memutuskan untuk ikut. Aku sebenarnya ragu, tetapi tak mempunyai pilihan lain. Jika Seli dan Ali pergi, maka aku juga akan pergi. Kami bertiga tak bisa terpisahkan.
Orang tua Seli telah mengizinkan Seli pergi. Begitu juga dengan orang tua Ali. Mereka tidak akan khawatir jika Ali tidak pulang beberapa hari dan hanya akan menganggap Ali menginap di rumah temannya. Itu karena orang tua Ali terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekarang giliranku untuk meminta izin kepada Mama dan Papa. Aku tidak bisa meminta izin dengan berpura-pura ikut liburan bersama keluarga Seli seperti saat akan pergi ke Klan Matahari dulu. Aku harus mengatakan yang sejujurnya, walaupun itu akan terdengar aneh oleh Mama dan Papa. Mama dan Papa mengizinkanku pergi.
Tepat setelah ulangan akhir semester, kami akan memulai perjalanan ke Klan Bintang. Aku, Seli, dan Ali berkumpul di halaman belakang rumh Seli. Segera setelah aku tiba, kami menaiki ILY, kapsul perak milik Ali. Kapsul itu segera terbang menuju tempat yang kami tuju. Lorong kuno "pintu masuk" Klan Bintang. Lorong itu berdiameter sekitar enam meter dengan panjang ribuan kilometer. Lorong tersebut berada di tengah hutan yang tak terjamah oleh manusia. Sekitar 1200 km dari kota kami.
Setelah menempuh perjalanan panjang, kami akhirnya sampai. Aku dan Seli segera turun dari kapsul untuk menyingkirkan batu yang menutupi lorong tua itu. Tanpa diduga, kami diserang oleh seekor ular raksasa. Dengan sekuat tenaga aku dan Seli mengalahkan ular raksasa itu. Akhirnya kami bisa menyingkirkan batu-batu penghalang dan memulai petualangan.
Lorong kuno ini gelap. Cahaya lampu ILY menerangi dinding dindingnya. Perjalanan kami panjan. Lorong ini vertikal ini entah ada di mana ujungnya. Setelah berjam-jam menuruni lorong kuno ini, kami tiba di suatu ruangan besar berbentuk kubus dengan sisi yang tak kurang dari seribu meter. Ruangan itu berupa kota yang ditinggalkan penghuninya. Ruangan ini memiliki empat lorong pada sisinya. Kami tiba di persimpangan. Saat hendak memilih lorong yang tepat, tiba-tiba ada dua ekor ular raksasa menyerang. Kami tak punya plihan lain selain bertarung. Ular-ular itu menyeramkan. Dengan susah payah kami mengalahkan ular-ular itu. Namun jumlah mereka bertambah, banyak sekali.
Kami segera masuk ke dalam kapsul perak, berlindung. Kami juga harus segera memutuskan untuk melewati lorong yang mana. Ali memilih lorong yang terdapat aliran sungainya. Lorong itu tidak vertikal, melainkan landai dengan kemiringan sekitar dua puluh derajat.
Tak lama kemudian, kami sampai di padang kristal. Ruangan itu panjangnya tak kurang dari sepuluh kilometer, lebarnya delapan kilometer, dan tinggi empat kilometer. Kristal-kristal ini sangat indah. Namun, tiba-tiba ada kumpulan kelelawar menyerang kami. Kelelawar itu banyak sekali. Mereka menang jumlah. Sesaat sebelum taring kelelawar mencabikku, ada empat orang manusia membantu kami.  Empat sosok itu membawa kami ke suatu tempat yang amat indah, Klan Bintang.
Sesampainya di sana, kami disambut oleh seorang perempuan tua yang mengenakan pakaian berwarna gelap. Perempuan itu ramah itu bernama Faarazaraaf. Faar menceritakan banyak hal, termasuk tentang si Tanpa Mahkota. Faar juga menawarkan kami untuk tinggal di rumahnya.
Saat kami sedang bersantai di rumah Faar, tiba-tiba datang Pasukan Bintang. Kami akan dibawa ke Kota Zaramaraz karena dituduh oleh Dewan Kota sebagai penyusup. Faar menolak, namun kami harus ikut atau lembah tempat tinggal Faar akan dihancurkan oleh Pasukan Bintang.
Klan Bintang dipimpin oleh Dewan Kota. Mereka tidak memiliki kekuatan dan hanya mengandalkan teknologi. Jika ada penduduk yang memiliki kekuatan, mereka akan merasa terancam dan memenjarakan para pemilik kekuatan. Dewan Kota kerap kali membuat dekrit yang isinya hanya menguntungkan mereka dan menyengsarakan rakyat biasa. Apalagi Sekretaris Dewan Kota, dia amat ambisius dan menyebalkan.
Pertarungan antara kami dan Pasukan Bintang tak terelakkan lagi. Kami melawan dengan seluruh kekuatan yang kami miliki. Namun, Pasukan Bintang terlalu kuat. Kami ditangkap dan dipenjara. Aku dan Ali ditahan di penjara dengan keamanan tertinggi. Kami ditahan di sel kubus kaca yang mengambang di atas magma. Tidak ada celah untuk meloloskan diri. Sedangkan Seli, dia ditahan di ruang isolasi dan tangannya dibekukan. Aku ingin menyelamatkannya, namun aku sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari penjara menyebalkan ini.
Dengan kekuatanku, akhirnya aku bisa meloloskan diri sekaligus membebaskan Ali dan Seli. Kami langsung menuju kapal induk milik Sekretaris Dewan Kota, mengepungnya. Bukannya menyerah, orang menyebalkan ini malah tertawa dan mengatakan bahwa enam bulan lagi klan permukaan akan hancur. Kota Zaramaraz telah mempersiapkannya. Ini gawat. Aku harus memberitahu Av dan Miss Selena.
Dengan buku PR matematikaku, aku, Seli, dan Ali membuka portal menuju Perpustakaan Sentral Klan Bulan, ruangan Av. Kami melangkah masuk ke dalam cincin portal. Petualangan Klan Bintang telah berakhir. Hanya soal waktu kami kembali. Perang dunia paralel di depan mata.

5 komentar:

  1. Terimakasih kak, tulisannya sangat membantu. Bisa tolong lanjutkan ringkasan novel bintang dan komet ga kak?

    BalasHapus
  2. Membantu untuk tugas b.indonesia saya sist

    BalasHapus
  3. Membantu untuk tugas b.indonesia,mantap lur

    BalasHapus

 

Salsabila Atalieani ♛ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template